Rusia Masih Tertarik Perundingan Damai, Tapi Serangan Akan Berlanjut

PHINISIMEDIA.COM, MAKASSAR – Kremlin menegaskan bahwa Rusia masih membuka pintu untuk perundingan perdamaian dengan Ukraina. Namun, di saat yang sama, Moskow memastikan serangan militer tidak akan berhenti sebelum seluruh tujuan strategisnya tercapai.

Pernyataan ini datang sehari setelah serangan udara besar-besaran Rusia menghantam ibu kota Ukraina, Kyiv, Rabu (27/8/2025) malam. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 14 orang, termasuk seorang anak, serta merusak puluhan bangunan, termasuk kantor misi Uni Eropa di pusat kota.

Peskov: Rusia Masih Siap Negosiasi

Juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov, mengatakan Rusia tidak menutup diri terhadap jalur diplomasi. Namun, menurutnya, negosiasi hanya akan bermakna jika berlandaskan kepentingan dan tujuan yang sudah ditetapkan Moskow sejak awal operasi militer.

“Rusia tetap tertarik pada perundingan damai. Tetapi operasi militer akan terus berlanjut sampai semua tujuan terpenuhi,” ujar Peskov dalam pernyataan resminya, Kamis (28/8/2025), dikutip sejumlah kantor berita internasional.

Bantah Ada Gencatan Senjata Udara

Peskov juga membantah adanya kesepakatan mengenai kemungkinan gencatan senjata udara dengan Ukraina. Menurutnya, semua isu yang berkaitan dengan penyelesaian konflik hanya bisa dibahas secara tertutup.

“Tidak ada kesepakatan yang dicapai terkait hal itu. Saya ulangi sekali lagi, semua hal yang mungkin dibicarakan dalam kerangka mencari solusi harus dilakukan secara tertutup,” tegasnya.

Zelenskyy: Rusia Pilih Rudal, Bukan Diplomasi

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam keras serangan terbaru Rusia. Ia menyebut Moskow telah menunjukkan sikap nyata terhadap upaya diplomasi internasional yang belakangan kembali digulirkan.

“Rusia memilih balistik, bukan meja perundingan. Mereka memilih untuk terus membunuh, bukan mengakhiri perang,” kata Zelenskyy dalam unggahan di media sosial, sambil menyerukan sanksi baru terhadap Rusia.

Menurut Angkatan Udara Ukraina, Rusia meluncurkan 598 drone dan 31 rudal ke berbagai wilayah dalam serangan malam itu. Sebagian besar berhasil ditembak jatuh, namun 26 lokasi tetap terdampak puing-puing dan ledakan.

Reaksi Keras Uni Eropa

Serangan di Kyiv juga merusak kantor misi Uni Eropa. Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyebut dirinya “ngeri” melihat dampak serangan tersebut. Ia menegaskan bahwa agresi Rusia tidak akan melemahkan tekad Eropa untuk mendukung Ukraina.

“Uni Eropa tidak akan terintimidasi. Justru agresi ini memperkuat komitmen kami untuk berdiri bersama rakyat Ukraina,” tulis Costa di media sosial X.

Diplomat tinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, menyebut serangan Rusia sebagai bentuk pelecehan terhadap upaya perdamaian global. “Serangan semalam menunjukkan pilihan yang disengaja untuk meningkatkan eskalasi dan mengejek jalan diplomasi,” ujarnya.

Jalan Panjang Menuju Perdamaian

Hingga kini, peluang perundingan damai masih jauh dari kenyataan. Rusia bersikeras dengan “tujuan khusus” militernya, sementara Ukraina menuntut penarikan penuh pasukan Moskow dari wilayah yang diduduki.

Di tengah kebuntuan itu, tekanan internasional diperkirakan akan semakin meningkat. Amerika Serikat dan Uni Eropa dikabarkan sedang menyiapkan paket sanksi baru, yang menargetkan sektor energi dan militer Rusia.

Namun bagi warga Kyiv, dampak paling nyata bukanlah pernyataan politik, melainkan puing-puing bangunan, kaca berhamburan, dan nyawa yang hilang

Comment