Kala Presiden Prabowo Bicara HAM dan Kemerdekaan Palestina di Hadapan Trump

Presiden Prabowo Subianto orasi di Sidang Majelis Umum PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9/2025) lalu. (Dok:BPMI)

PHINISIMEDIA.COM, MAKASSAR Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto, menyampaikan pidato perdananya di hadapan Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9/2025).

Dalam pidato tersebut, Prabowo menekankan penting akan hak asasi manusia (HAM), kesetaraan global, serta menyerukan keadilan bagi Palestina.

Berpidato di urutan ketiga, setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Prabowo membuka pidatonya dengan pernyataan lantang tentang kesetaraan manusia.

Ia menegaskan perbedaan ras, agama, dan kebangsaan tidak boleh menjadi alasan untuk diskriminasi atau ketidakadilan.

“Kita berbeda ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul sebagai satu keluarga manusia. Kita di sini pertama dan terutama sebagai sesama manusia yang diciptakan setara, dianugerahi hak yang tidak dapat dicabut untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan,” ujar Prabowo.

Presiden Prabowo mengutip Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi PBB pada tahun 1948, sebagai dasar kuat bagi perdamaian dan kemakmuran dunia.

Ia menyebut prinsip bahwa “semua manusia diciptakan setara” sebagai fondasi moral bagi dunia internasional.

Dalam bagian lain pidatonya, Prabowo secara tegas menyerukan keadilan dan legitimasi bagi Palestina, menyampaikan keprihatinan atas situasi yang terus memburuk di wilayah tersebut.

“Hari ini kita tidak boleh diam, sementara Palestina ditolak keadilan dan legitimasi,” tegas Prabowo.

Lebih lanjut, ia menyentil praktik ketidakadilan internasional, mengutip pernyataan klasik yang menyatakan bahwa “yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menanggung apa yang harus mereka tanggung.”

Prabowo menolak keras logika ini dan menegaskan bahwa PBB ada justru untuk melawan prinsip tersebut.

“Kita harus menolak doktrin ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa ada untuk menolak doktrin ini. Kita harus membela semua yang kuat dan yang lemah. Yang benar harus tetap benar,” tegasnya.

Pidato Prabowo mendapat perhatian dari berbagai delegasi internasional karena dinilai menyentuh isu-isu fundamental kemanusiaan dan keadilan global.

Ini adalah penampilan perdananya di Sidang Umum PBB sejak dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada Oktober 2024.

Dengan menyoroti isu Palestina dan menegaskan dukungan terhadap prinsip hak asasi manusia universal, Presiden Prabowo mengukuhkan posisi Indonesia sebagai negara yang konsisten mendukung perdamaian, keadilan, dan solidaritas global.

Comment