PHINISIMEDIA.COM, MAKASSAR – Premanisme masih menjadi persoalan sosial yang mencuat di berbagai wilayah Indonesia.
Fenomena ini bukan hanya soal kriminalitas jalanan, tetapi juga mencerminkan persoalan ekonomi yang lebih dalam.
Berdasarkan survei Litbang Kompas, pengangguran menjadi faktor utama yang mendorong tumbuhnya praktik premanisme, sebagaimana diakui oleh 40,9 persen responden.
Angka tersebut menunjukkan bahwa kurangnya lapangan kerja telah menjadi ladang subur bagi munculnya tindakan kekerasan, pemalakan, dan berbagai bentuk intimidasi para kelompok preman.
Bagi sebagian masyarakat yang kehilangan mata pencaharian, premanisme menjadi “alternatif hidup” ketika opsi legal tak tersedia.
Pernyataan ini diperkuat pernyataan Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, dalam orasi ilmiah saat menghadiri wisuda Universitas Hasanuddin di Makassar pada Selasa (3/6/2025).
Dalam pidatonya, Jusuf Kalla mengingatkan agar pemerintah dan masyarakat tidak hanya fokus menghukum para pelaku, tetapi juga memahami akar masalahnya.
“Jangan hanya lihat premannya, tapi lihat kenapa dia menjadi preman. Itu hampir semuanya karena tidak adanya pekerjaan, tapi tetap ingin hidup,” ujarnya tegas.
Tak Cukup dengan Penindakan
Jusuf Kalla menegaskan bahwa pendekatan represif terhadap premanisme hanya menyentuh permukaan.
Tanpa penyediaan pekerjaan dan perbaikan kondisi ekonomi, tindakan preman akan terus berulang.
Premanisme hanyalah gejala dari ketimpangan sosial yang akut.
Survei Litbang Kompas juga mencatat faktor lain di balik suburnya premanisme:
Ketimpangan sosial ekonomi: 26,1 persen
Deking dari oknum aparat/tokoh publik: 12,6 persen
Lemahnya peran aparat keamanan: 10,1 persen
Keberadaan organisasi masyarakat (ormas): 9,2 persen
Tidak tahu/tidak menjawab: 1,1 persen
Data dikumpulkan dari 514 responden di 58 kota dari 38 provinsi, dalam survei yang dilaksanakan pada 19–22 Mei 2025.
Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error ±4,25 persen.
Mendesak: Solusi Ekonomi dan Sosial
Survei ini menjadi pengingat keras bahwa tanpa keadilan sosial dan lapangan pekerjaan yang merata, aksi-aksi preman akan terus menemukan tempat di tengah masyarakat.
Premanisme tidak muncul di ruang kosong, melainkan tumbuh di lahan gersang ekonomi, di mana harapan telah lama kering dan sistem perlindungan sosial belum cukup menjangkau.
Selama negara belum serius menyentuh akar masalah seperti pengangguran, ketimpangan ekonomi.
Di samping itu, lemahnya penegakan hukum premanisme akan terus menjadi bagian dari wajah kelam kehidupan sosial Indonesia.
Comment