PHINISIMEDIA.COM, MAKASSAR – Truk-truk bantuan kemanusiaan mulai memasuki Jalur Gaza pada Rabu pagi, setelah sengketa mengenai pengembalian jenazah sandera yang telah meninggal dihentikan sementara.
Langkah ini membuka jalan bagi kelancaran pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan di wilayah yang tengah dilanda krisis kemanusiaan akibat perang yang berkepanjangan.
Israel sempat mengancam akan menutup pintu perbatasan Rafah dan mengurangi pasokan bantuan karena ketidaksepakatan dengan Hamas terkait pengembalian jenazah sandera.
Namun, kini Israel melanjutkan persiapan untuk membuka kembali perbatasan utama tersebut.
Dikutip dari Reuters, Rabu (15/10/2025) seorang pejabat keamanan Israel menyatakan bahwa persiapan sedang dilakukan untuk membuka Rafah guna memungkinkan warga Gaza keluar masuk dan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan.
Hamas sebelumnya mengembalikan sejumlah jenazah sandera.
Namun, masih terjadi perbedaan pendapat mengenai jumlah dan identitas jenazah tersebut, yang sempat mengancam kestabilan gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan itu.
Meski begitu, dengan penangguhan sengketa ini, Israel mengizinkan sekitar 600 truk bantuan untuk masuk ke Gaza hari ini, membawa makanan, bahan bakar, obat-obatan, serta perlengkapan penting lainnya.
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah setelah bertahun-tahun perang dan blokade yang membatasi akses penduduk terhadap kebutuhan dasar.
Hampir seluruh penduduk Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat kerusakan yang luas dan kondisi kelaparan yang meningkat, sementara fasilitas kesehatan kewalahan menangani lonjakan pasien.
Seorang warga Gaza, Moemen Hassanein, menyatakan kondisi tragis yang dialami penduduk: “Kami kembali ke rumah kami di lingkungan al-Tuffah dan menemukan tidak ada rumah sama sekali, tidak ada tempat berlindung, tidak ada apa-apa.”
Sementara itu, perbatasan Rafah, yang dioperasikan bersama oleh Otoritas Palestina dengan dukungan Uni Eropa, dijadwalkan dibuka untuk memungkinkan pergerakan penduduk Gaza.
Kendati demikian, banyak warga yang masih menunggu konfirmasi dan persiapan evakuasi medis.
Di tengah upaya ini, ketegangan politik dan keamanan tetap menjadi tantangan besar.
Hamas terus melakukan operasi keamanan terhadap klan-klan lokal di Gaza, sementara Israel menegaskan akan menindak tegas jika ada pelanggaran gencatan senjata.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, yang menolak kesepakatan gencatan senjata, menyebut pengiriman bantuan sebagai “aib” dan menegaskan sikap keras terhadap Hamas.
Meski begitu, masuknya bantuan ini menjadi sinyal positif bagi warga Gaza yang sangat membutuhkan, sekaligus menunjukkan langkah awal menuju stabilitas dan pemulihan di wilayah yang selama ini dilanda konflik berkepanjangan.
Comment